Sabtu, 24 Mei 2008

Bima Menikah

Hyang Antaboga penguasa saptapratala(bumi lapis ketujuh) sedang bercengkrama degan putri yang sangat dicintainya Dewi Nagagini.
Putri nagagini resah menceritakan mimpi yang dialaminya semalam, ia bermimpi bertemu dengan Satria besar tinggi berwajah tampan dan berkulit kuning yang bernama Raden Bratasena. Karena mimpinya tersebut Dewi Nagagini meminta pada ayahndanya untuk mencarikan satria tersebut sampai dapat untuk menjadi suaminya kelak. Karena kecintaannya pada anaknya, Hyang Antaboga menyanggupinya dan tak lama kemudian ia berangkat.
Hyang Antaboga adalah dewa Ular. Sampai pada suatu waktu Hyang Antaboga berhasil menemui rombongan Pandawa yang sedang melakukan perjalanan. Tanpa bertele-tele, hyang Antaboga langsung mengutarakan maksud dirinya untuk bertemu dengan salah satu keluarga Pandawa yang bernama Bratasena. Setelah mendengarkan keinginan Hyang Antaboga, Raden Bratasena tidak merasa keberatan untuk menikahi putri hyang Antaboga. Maka sampai suatu waktu, dinikahkanlah keduanya. Kelak keduanya akan memiliki seorang anak yang bernama Raden Antareja.
Ada cerita menarik pada saat keduanya melangsungkan bulan madu. Pada saat kedua Pengantin berada di "Pasamiran" (kamar pengantin), Cara bratasena mencumbu istrinya lain dari biasanya. Istrinya yang betubuh kecil namun sangat cantik itu diontang-antingkan seperti barang akan dilempar. Melihat hal itu inang pengasuh Dewi Nagagini mearsa khawatir dan melaporkan hal tersebut kepada Hyang Antaboga. Hyang Antaboga mendengar laporan tersebut, hatinya sangat khawatir dan segera menemui putri yang sangat dicintainya tersebut. Kepada putrinya beliau bertanya apakah benar hal yang dilaporkan oleh inang-nya tersebut dan sang putri merasa tersiksa. Mendengar hal tersebut sang putri menjawab dengan tersipu-sipu dan menjelaskan bahwa dirnya merasa nikmat sekali diayun-ayun oleh suaminya dengan cara diontang-antingkan tersebut.!
Begitulah hari-hari yang dilalui oleh sepasang pengantin sampai keduanya mendapatkan momongan Raden Antareja.

Barata Yudha, Sunardi D M, Balai Pustaka, 2003

Sabtu, 08 Maret 2008

Sifat-sifat Kurawa

Suyudana : Anak tertua Dastarastra dari Dewi Gendari, Ia orang yang sakti, kebal segala senjata, namun sayang mempunyai watak pengiri.
Dursasana : Adik dari Suyudana ini hidupnya selalu dimanjakan oleh keluarganya sehingga mempunyai watak ugal-ugalan, bertabiat sesukahatinya, bericara keras dan kasar.
Citraksa : Bicara gagap, sikapnya congkak dan suka memaki. Sikap dan tingkah yang hampir sama juga ada pada diri Citraksi
Durmaganti :
Secara lahiriah hidup kelihatan makmur, pakaian serba indah, namun tidak sakti.
Kartamarma : Dia adalah satu-satunya saudara kurawa yang kurang terkenal karena dia pemimpin prajurit yang agak baik.
(Sumber : Barata Yudha,Sunardi D M,2003)

Jumat, 07 Maret 2008

Sifat-sifat Pandawa

Puntadewa : Orangnya sabar, tak pernah marah, sehingga sering dijuluki berdarah putih. Ia jarang berperang, senjatanya Jimat Kalimasada
Bima : Tubuhnya tinggi besar, memiliki kuku pancanaka, tidak bisa berbahasa halus (selalu ngoko) kecuali kepada Dewa Ruci , Ia lambang kekuatang pandawa. Semboyannya Mati satu mati semua.
Arjuna : Seorang yang sangat sakti dan rupawan, gemar bertapa, sebagian kesaktian Dewa Wisnu turun kedalam dirinya.
Nakula & Sadewa : Mereka kembar, pendekar sakti yang mempunyai loyalitas total kepada keluarga Pandawa.

Sejarah Kurawa

Prabu Pandudewanata mempunyai seorang kakak yang bernama Dastarastra. Ia adalah putra sulung begawan Abyasa. Dastarastra tidak menjadi raja di astina karena kedua matanya buta.
Dastarastra mempunyai anak antara lain Suyudana anak dari Dewi Gendari, yang kedua Dursasana, Citraksa, Citraksi, dan Durmaganti. Anak-anak keturunan dari Dastarastra inilah yang dikenal dengan Kurawa.

Sejarah Pandawa

Raja Astina bernama Prabu Pandudewanata anak dari Begawan Abyasa. Prabu Pandudewanata berwajah rupawan, berkulit legam(menuruni ayahnya), namun tidak bisa menoleh(tenggeng). Ia mempunyai dua permaisuri benama Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Pandudewanata adalah ayah dari Pandawa , yang terdiri dari Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Puntadewa, Bima, Arjuna terlahir dari Permaisuri Dewi Kunthi, sementara Nakula dan Sadewa dari permaisuri Dewi Madrim.